Melalui pembahsan yang cukup alot, akhirnya penulisan Al-Qur'an Braille dengan rasm usmaniyah dapat disetujui dengan mencapai keputusan sebagai berikut :
A. Sistem penulisan :
- Penulisan Al-Qur'an Braille secara rasm usmani dapat disetujui, hal-hald yang menyulitkan bagi tunanetra ditulis dengan rasm lain (rasm imlaiyya);
- Penulisan Alif Maqsurah disesuaikan dengan Al-Qur'an awas.
B. Tanda baca Al-Qur'an braille :
- Penulisan lafal al-jalalah disesuaikan dengan Al-Qur'an awas yaitu Alif Lam tasydid lam fathah isbaiyah dan ha.
- Harakat fathatain diletakan pada huruf yang memilikinya.
- tanda Mad Jaiz, Mad Wajib, Mad Lazim, musaqqal kilmi/harfi digunakan seperti pada Al-Qur'an awas.
- Penempatan huruf-huruf yang tidak berfungsi mengikuti Al-Qur'an awas, dengan memberikan harkat pada huruf sebelumnya.
- Ta'anuqul waqof menggunakan titik 3-6 dan 2-34-5.
- tanwin Washol disesuaikan dengan penulisan Al-qur'an Bahriyah, tanpa menuliskan nun kecil.
- tanda tasydid pada huruf pertama untuk idgham tidak diperlukan.
C. Pembentukan tim :
- Majiis Lajnah pentashih Mashaf Al-Qur'an Kh. Syukri Ghazali, H. Sawabi Ihsan, Ma. dan E. Badri Yurnardi Ba.
- Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta.
- Lembaga pendidikan dan Rehabilitasi tunanetra Wiyata Guna Bandung, Kh. Kasyiful Anwar, Abdullah Yatim Piatu, Anwar Hud, Nagen sm.Hk.
Pembentukan tim Al-Qur'an Braille dalam Muker ke-III, kurang representative karena dari sembilan angota yang ada hanya kurang dari 50% yang mengasai Al-Qur'an Braille.Untuk tim dari Bandung, berhubung sdr. Rasikin Sm.Hk pada saat itu belum mengusai huruf arab braille, maka keanggotaan digantikan oleh sdr. Nagen Anwar Hud, Sm.Hk ternyata dalam Raker pertama tim sdr. Nagen Anwar Hud Sm.Hk tidak muncul dan digantikan oleh sdr. Mumuh (awas).
dalam Muker berikutnya sdr. Mumuh digantikan lagi oleh sdr. H.A. Zuhana yang lebih menguasai huruf arab braille.Hal ini mempengaruhi kredibilitas tim dan barang tentu mempengaruhi hasil kerja tim.
dalam Muker berikutnya sdr. Mumuh digantikan lagi oleh sdr. H.A. Zuhana yang lebih menguasai huruf arab braille.Hal ini mempengaruhi kredibilitas tim dan barang tentu mempengaruhi hasil kerja tim.
Dalam Muker ke-IV di Ciawi tanggal 15-17 Maret 1978, disamping meneliti penulisan jud I-X juga dibahas masalah sejarah Al-Qur'an Braille di Indonesia yang perlu disempurnakan, antara lain :
Menurut Bandugn Al-Qur'an Braille pertama kali di Indonesia adalah di Bandung.
Adapun menurut YAKETUNIS Yogyakarta, Al-Qur'an pertama kali berkembang di Yogyakarta. Secara fisik Al-Qur'an Braille masuk melalui Bandung namun Al-Qur'an Braille dikembangkan pertama kali di yogyakarta.
Menurut Bandugn Al-Qur'an Braille pertama kali di Indonesia adalah di Bandung.
Adapun menurut YAKETUNIS Yogyakarta, Al-Qur'an pertama kali berkembang di Yogyakarta. Secara fisik Al-Qur'an Braille masuk melalui Bandung namun Al-Qur'an Braille dikembangkan pertama kali di yogyakarta.
CopyRightCopyRight All RightsReserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar