Assalamualaikum Wr Wb.


Selamat Datang pada blog ITMi wilayah propinsi DKI Jakarta,

Blog ini beralamatkan http://www.itmidkijakarta.blogspot.com



Insya Allah Blog ini memuat kegiatan-kegiatan DPW ITMI DKI Jakarta beserta kelima DPD-DPDnya yang tersebar dilima wilayah kota Administrasi Jakarta yang bertujuan untuk mensyiarkan Islam ketengah-tengah Masyarakat luas sehingga menyebarluas keseluruh Negara yang berada ddi Dunia ini.


Jadwal Shalat

Pilih Negara dan Kota tempat anda berada
Prayer Times For 6 Million Cities Worldwide
Country:

Kalender Masehi

Kamis, 14 Oktober 2010

Sejarah Perkembangan Al-qur'an Braille


Disampaikan oleh :


Drs. M Nadjamuddin (Anggota Team Pentashih Mashaf Al-qur'an Braille Departemen Agama tahun 1977-1984,

anggota Pentashih Al-qur'an Braille bersama Departemen Agama, BPBI Abioso, dan DPP ITMI tahun 2008, serta anggota Majlis Tashih ITMI masa bakti 2009-20014 M/1430-1435 H).
Disajikan dalam T o T Al-qur'an Braille DPW ITMI DKI Jakarta 25-27 Sya'ban 1430 H/18-20 Agustus 2009 M.
Proses masuknya Al-qur'an Braille di Indonesia
Dalam Al-qur'an Baraille terbitan Yordania tahun 1952 pada halaman pembukan dicantumkan bahwa abjad Al-qur'an Braille legkap dengan tanda sakalnya yang disyahkan oleh Unesco tahun 1951. Al-qur'an terbitan Yordania jilid 6 yangberisi awal Surat Al-ankabut sampai dengan akhir Surat Azumar telah dikirim ke Indonesia oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltut.

Menurut bapak Moch. Solichin Ba (Ketua Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta)disebutkan bahwa pada sampul Al-qur'an tersebut terdapat tanda tangan Prof. Dr. Mahmud Syaltut, tertulis tahun 1956. Sedangkan berdasar penjelasan bapak Kh. Syukuri Ghoyali (Ketua MUI)
dalam sela-sela Muker ke-III Majlis Lajnah Al-qur'an di Jakarta, beliau menyebuktkan bahwa Prof. Dr. Mahmud Syaltut berkunjung ke Indonesia tahun 1959. Bapak Moch. Solichin menambahkan Al-qur'an Braille tersebut kemungkinan tidak dibawa langsung oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltut tetapi telah ditangani kemudian dikirimkan keperpustakaan braille Wiyata Guna Bandung.
Peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai awal mula masuknya Al-qur'an Braille ke Indonesia.

Akan tetapi keberadaan Al-qur'an Braille di Perpustakaan tersebut kurang mendapat perhatian karena tunanetra di Indonesia belum ada yang mengenal huruf arab braille.
Di Yogyakarta pada tahun 194-an Supardi Abdu Shomad yang seorang tunanetra belajar mengaji di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Sebagai tunanetra, dalam belajar waktu itu menggunakan metode hafalan dan banyak sekali tergantung kepada orang awas untuk membacakan bacaan Al-qur'an.Bapak Kyai memang telah memerintahkan kepada santrinya untuk membimbingnya.

Tetapi dalam membimbing hafalan Al-qur'an para santri tetap minta imbalan seperti memijat, menimbakan air untuk mandi bahkan pernah juga jatah makan dibagi dua.
Waktu itu bapak Supardi berpikir, bagaimana seorang tunanetra dapat mempelajari Al-qur'an secara mandiri.Sehingga timbul gagasan untuk menemukan suatu alat bantu atau apapun yang bisa digunakan atau membantu tunanetra dalam membaca Al-qur'an sehingga tidak selalu tergantung kepada orang awas.

Meskipun tidak begitu lama di pndok Pesantren, beliau berhasil menghafal surat-surat pendek, ayat Kursi, surat Yasin,doa-doa dan lain-lain.Setelah Indonesia merdeka, beliau mengikuti pelatihan bagi tunanetra dipenampungan Rs. Mata Dr. Yap yang sekarang menjadi Bandan Sosial Mardi Tuto, yang beralamat di Jalan. c. Simanjuntak no. 2 Yogyakarta.
Di Panti tersebut, beliau berhasil mempelajari huruf latin braille.

Pada tahun 1959, bekerja di Kantor Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalan. P. Mangkubumi No. 46 Yogyakarta (sekarang menjadi Arjuna Plaza). Beliau bertugas melatih biola dan olahraga catur. Sebagai tunanetra muslim, beliau rajin mengerjakan Shalat dan sering membaca Al-qur'an secara hafalan.Hal itu ternyata diketahui oleh bapak A. Arif (Dirjen Rehabilitasi penyandang cacat Departemen Sosial Republik Indonesia) kemudian pada saat beliau berkunjung ke Perpustakaan Braille Wiyata Guna Bandung, beliau bapak A. Arif melihat ada Al-qur'an Braille yang belum terjamah oleh tunanetra. Maka Al-qur'an tersebut beliau ambil untuk diberikan kepada bapak Supardi Abdu Shomad di Yogyakarta pada tahun 1963.
Ternyata Al-qur'an tersebut adalah Al-qur'an Braille Yordania yang dikirim oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltut. Menerima Al-qur'an tersebut, bapak Abdu Shomad sangat gembira karena apa yang telah menjadi impiannya telah terwujud.

Setelah membuka Al-qur'an tersebut beliau tidak dapat membacanya karena belum mengenal huruf arab braille. Lalu dengan membawa Al-qur'an Braille tersebut dan mesin ketik braille beliau datang keprpustakaan Islam, Jalan. Mangkubumi nomor 38 Yogyakarta. Bapak H. Muqodas, kepala perpustakaan Islam pada waktu itu, mengetahui ada seorang tunanetra yang datang. Beliau memerintahkan kepada stafnya bapak H. Moch. Solichin, BA agar memberikan uang kepada bapak Abdu Shomad.

Keesokan harinya, bapak Supardi datang kembali dan diberi uang lagi. Pada hari ketiga beliau datang lagi dan sewaktu akan diberi uang beliau menjelaskan bahwa kedatangannya adalah untuk minta bantuan membacakan Al-qur'an Braille yang dibawanya.Hal itu mendapat sambutan baik dari perpustakaan Islam.
Setelah dicek ternyata pada halaman depan Al-qur'an tersebut tertulis abjad Hijaiyah braille lengkap tanda saklnya dalam tulisan cetak biasa (dengan tinta bukan braille) dari situlah diketahui bentuk-bentuk tulisan arab braille.

Dalam mempelajari arab braille bapak supardi dibantu oleh bapak Drs. Fuadi Aziz dan bapak Darma Pakilaran yang kedua-duanya waktu itu masih tercatat sebagai Mahasiswa IAIN Yogyakarta.Hafalan bapak Supardi Abdu Shomad sangat mempermudah beliau dalam mempelajari Al-qur'an Braille.
Dengan modal Al-Qur'an Braille, bapak Supardi menggalang beberapa tokoh muslim di Yogyakarta antara lain :

Bapak H. Muqodas, bapak H. Moch. Solichin, bapak Drs. H. M. Margono Puspo Suarno, H. M. Hadjid Busyairi, bapak H. Haiban Hajid, bapak Dr. Chumaidi, bapak Dr. Ahmad Haidun Ruslan, bapak Ghowi, bapak H. Farid Ma'ruf, bapak Prof. Dr. Fathur Rahman, bapak Drs. Fuadi Aziz, bapak Machdum, ibu HJ. Wa'jid Hamidi, ibu HJ. Yasin, dan lain-lain untuk mendirikan Yayasan Muslim yang menyantuni penyandang cacat.Akhirnya berdirilah Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) pada tanggal 1 Muharam 1383 H/13 Mei 1964 dengan ketua bapak Supardi Abdu Shomad dan wakil bapak H. Moch. Solichin BA.

Bapak Supardi Abdu Shomad juga memprakarsai berdirinya pendidikan guru agama luar biasa negeri bagian tunanetra di yogyakarta tahun 1967. Beliau pulalah yang menjadi kepala sekolah tersebut.Pada tahun 1975 beliau sakit dan beliau wafat 1979 di Krapyak lor Yogyakarta serta dimakamkan di sana.
Kegiatan pokok YAKETUNIS adalah menyelenggarakan pendidikan dan penerbitan Al-Qur'an
Braille disamping SLB/A DAN PGAPLB/A yang berubah menjadi MTSLB/A pada tahun 1975.

Disamping pendidikan formal, YAKETUNIS juga menyelenggarakan kursus agama Islam, baca tulis arab dan latin braille serta Al-Qur'an Braille. Tahun 1976 sampai dengan 1979 YAKETUNIS rutin menyelenggarakan pondok pesantren ramadhan disetiap bulan Ramadhan. Masing-masing angkatan dengan dua puluh peserta setelah selesai, masing-masing santri dibekali satu set Al-Qur'an Braille.
Semoga bermanfaat.
CopyRightCopyRight All RightsReserved Designed by DPW ITMI JAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar